Senin, 30 Agustus 2010

PROFIL ADVAITA

STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
SK.MENDIKNAS NO | 110lDl0l2009
Sekretariat : Jl. Perkutut No.25 Pasekan Belodan Tabanan Bali
Telp.: 03618 879031 Email: stikes_admed@yahoo.com
___________________________________________________
DATA PTS

Nama PTS STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
Tanggal Berdiri 3 AGUSTUS 2009
Dies Natalis 3 AGUSTUS 2009
Alamat JALAN PERKUTUT NO.25 PASEKAN BELODAN - TABANAN
No.Telp/Faksimile (0361)8879031/(0361)812221
Web-Site -
E-Mail stikes_ameta@yahoo.co.id

Ketua I DEWA NYOMAN WIRATMAJA, SE.,MM.,Ak
PK I I MADE SUPARDIYADNYA,S.KM,. M.Kes
PK II COKORDA ISTRI TUNGGAL DEWI, SE
PK III dr.NYOMAN SUSILA, M.Kes

VISI DAN MISI

Visi :
"Menjadikan STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN Sebagai Institusi Penghasil Tenaga Kesehatan yang Unggul, Spiritualis dan Berdaya Saing Global "

Misi :
Menyelenggarakan Proses Pembelajaran Guna Menghasilkan Tenaga Sarjana keperawatan dan Ahli Madya Kebidananan yang Profesional dengan Hard Skill dan Soft Skill Sesuai Tuntutan Profesi.

Menyelenggarakan Penelitian Sesuai Perkembangan Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.

Menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat yang Memadukan Peran Keperawatan dan Kebidanan Guna Meningkatkan Partisipasi dan Derajat Kesehatan Masyarakat dengan Pengutamaan Pada Upaya Preventif dan Promotif.

STIKES ADVAITA MEDIKA: ORASI ILMIAH DIES NATALIS STIKES ADVAITA MEDIKA

STIKES ADVAITA MEDIKA: ORASI ILMIAH DIES NATALIS STIKES ADVAITA MEDIKA: "PENDIDIKAN INOVATIF MUATAN GLOBAL BERBASIS KOMPETENSI BERNAFASKAN SPIRITUAL DAN KULTURAL LOKAL Om Swasti Astu Dirgahayu Stikes Advaita Med..."

ORASI ILMIAH DIES NATALIS STIKES ADVAITA MEDIKA

PENDIDIKAN INOVATIF MUATAN GLOBAL BERBASIS KOMPETENSI BERNAFASKAN SPIRITUAL DAN KULTURAL LOKAL

Om Swasti Astu

Dirgahayu Stikes Advaita Medika
Semua yang bisa kuberikan padamu…sudah ada pada dirimu, aku hanya bisa membuka galeri milikmu sendiri…membantumu menjadikan duniamu terlihat nyata dan nyata…hanya itu. Dan sang Guru sungguh bijaksana, tak melarangmu memasuki istana kearifannya namun justru membimbingmu ke ambang pikiranmu sendiri….

Hadirin yang saya hormati.

Pendidikan inovatif merupakan tema yang sangat strategis dengan visi Indonesia Kreatif. Pendidikan inovatif untuk meningkatkan kecerdasan dijabarkan dalam 4 Gatra:

1.Kecerdasan Intelektual (IQ)
2.Kecerdasan Emotional (EQ)
3.Kecerdasan Spritual (SQ)
4.Kecerdasan Kreatif (CQ)

Keseluruhan pengembangan kecerdasan, mendapat ruang bukan saja diruang kelas lewat kurikulum yang terstruktur, namun juga melalui konsep yang lebih luas coraknya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui aplikasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, misi Perguruan Tinggi tampak jelas tidak terbatas hanya pada pengembangan Sumber Daya Manusia, melainkan juga pengembangan konsep dan teori sain serta menumbuh kembangkan kemitraan perguruan tinggi dengan masyarakat sekitarnya, dalam konteks ini posisi menara gading Perguruan Tinggi dapat dilelehkan justru dalam keakraban dan kehangatan relasi antara STIKES ADVAITA MEDIKA tersebut dengan masyarakat sekitarnya.
Hadirin yang saya hormati.
Kajian-kajian Humaniora bahwa Perguruan Tinggi yang berkembang hanya sebatas konsentrisitas IPTEK akan mengalami kegersangan bila tanpa disertai ranah filosofi religiusitas dan pendidikan yang berbudaya.
Saint Konfergensi Humanisme akan menyuburkan secara berganda baik pengembangan saint maupun kebudayaan. Adagium Humaniora yang mengungkapkan bahwa dibalik perilaku yang serba mekanik pada hakekatnya terdapat teknologi, dibalik teknologi terwujud ilmu pengetahuan dan dibalik ilmu pengetahuan tersimpul kebudayaan, sebenarnya memperoleh pembinaan secara local uniqum (keunikan lokal) dan global namun tetap dengan nafas spiritual.

Hadirin yang saya muliakan,
Bila ilmu tersalah pakai, aib tersingkap malu terburai;
Bila ilmu menyalahi adat, hati busuk akal berkarat;
Bila ilmu mengingkari amanah, alamat badan dimakan sumpah;
(Effendi, 2000)”.
Ketika dunia pendidikan kerasukan dan kemaruk moraliti kapitalistik hedonistik, orientasi pendidikan pun beringsut berpindah ke arah titik kenikmatan ekonomi material. Pergeseran orientasi pendidikan seperti ini mendorong penyelenggaraan pendidikan cenderung menjadi komersial. Akibatnya, keluarga mengharapkan putra putrinya menjadi dokter, insinyur, pejabat, konglomerat, dan sebagainya, karena profesi seperti itu adalah yang paling dekat dengan perolehan materi sebanyak-banyaknya. Harapan putra putrinya menjadi orang yang bermoral, jujur, beriman, dan sebagainya diposisikan lebih jauh
Sasaran pendidikan dan pengajaran hanya sebatas kognitif penguasaan materi yang tersedia dalam bentuk diktat, tanpa disokong oleh fasilitas sumber dan sarana pembelajaran lainnya yang memadai. Kurikulum diorganisasikan bukan mengikut asas fungsional bagi pembudayaan masyarakat, melainkan hanya kumpulan mata pelajaran tanpa kejelasan hubungan antara satu dengan lainnya. Kegiatan penyelidikan dijalankan tidak mengikut asas prioriti signifikansi kepada kurikulum, melainkan mengikuti pesanan daripada pihak sponsor. Hasil penelitian tidak dijadikan menu perkuliahan, cukup disimpan di dalam almari. Akibatnya jenis dan bentuk teori ilmiah baru yang tepat diamalkan kepada masyarakat, demi tugas dan kewajipan sosialnya, tidak tersampaikan.
Tri Dharma Pendidikan Tinggi tidak difungsikan secara berkesan dan efisien bagi pembaharuan kehidupan masyarakat. Lembaga pendidikan tinggi eksis tanpa dorongan ke arah penemuan teori-teori baru, tetapi hanya sebatas rutinitas dan ritual kegiatan perkuliahan. Gelaran akademik dan jabatan fungsional di kalangan masyarakat kampus tinggal wadah tanpa isi jenis keahlian tertentu yang jelas di dalamnya. Akibatnya, pendidikan tinggi kehilangan ciri khasnya sebagai masyarakat ilmiah, sehingga tidak lagi mampu memproduksi sumber manusia yang cergas dan kreatif. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) sebagai bagian integral pembangunan nasional harus ditujukan untuk menjadi landasan ketahanan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pembangunan Ipteks pun harus tetap tanggap dalam menghadapi perubahan global dan terutama dalam menghadapi munculnya tatanan baru kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, peran Perguruan Tinggi sangat diperlukan dalam rangka mendukung dan mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Sekolah Tinggi Advaita Medika Tabanan (STIKES ADVAITA) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Swasta sudah barang tentu juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengambil peran dalam rangka mewujudkan masyarakat sebagaimana yang dicita- citakan dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu masyarakat madani yang sejahtera lahir batin, mandiri, bermartabat, dan berkeadilan. Sesuai dengan hasil evaluasi yang pernah dilakukan, terdapat beberapa kelemahan dalam kegiatan penelitian di lingkup PTS antara lain:

Belum berkembangnya budaya penelitian sebagai bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi di Sekolah-sekolah Tinggi secara seimbang dan merata di kalangan dosen

Masih rendahnya diversifikasi hasil-hasil penelitian dosen yang selama ini masih dominan hanya sebuah laporan penelitian dan naskah publikasi ilmiah, belum dalam bentuk lainnya seperti buku ajar, paten, teknologi tepat guna, dan rekayasa sosial yang berguna bagi masyarakat

Pengelolaan produk-produk riset yang belum maksimal yang berimbas pada rendahnya penerapan produk riset pada program pengabdian kepada masyarakat

Penataan organisasi dan manajemen penelitian yang belum berjalan optimal.

Menyadari permasalahan tersebut di atas, STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN berupaya melakukan beberapa program kegiatan dalam rangka menguatkan peran dan fungsi lembaga penelitian serta kualitas hasil penelitian yang patut dibanggakan, antara lain melalui:

1. pelatihan atau workshop berkaitan bidang penelitian,
2. pelatihan atau workshop penyusunan publikasi ilmiah,
3. review proposal penelitian,
4. monitoring dan progress report penelitian,
5. seminar hasil penelitian,
6. pengelolaan jurnal ilmiah,
7. pengelolaan hasil-hasil penelitian
8. pengelolaan kegiatan penelitian
9. penemuan hal-hal baru yang secara ilmiah mampu merupakan sebuah metode aplikatif baru dalam dunia kesehatan yang mampu mengurangi beban pasien dan layak sebagai sumbangsih darma bakti di negeriku indonesia.
Mengacu dari apa yang dikatakan Menaker Drs.Muhaimin Iskandar Msi, bahwa perlu dan pentingnya penyelarasan antara dunia kerja dengan pendidikan menjadi satu kesatuan, sehingga mampu menghadapi setiap pelaksanaan free trade seperti yang terjadi dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)"
Maka STIKES ADVAITA MEDIKA akan segera melakukan realisasi hal tersebut mengingat akan berbagai hal yang akan terjabarkan lebih lanjut guna menindaklanjuti membawa gerbong bermuatan mahasiswa kearah tujuan berskala internasional.
Hadirin sidang senat terbuka yang kami hormati,
Dalam upaya mengarah ke tujuan tersebut, maka perlu kita pahami bersama bahwa pondasi secara harafiah sebagai modal awal dalam berkiprah di kancah internasional adalah menguasai kegawat daruratan medis sebagai soft skill kompetensif yang merupakan dasar skill bagi semua paramedic.

Secara riil, Sejumlah rumah sakit di Indonesia memang mempekerjakan dokter umum untuk berjaga di UGD. Biasanya merekalah yang melakukan penanganan pasien gawat darurat, dibantu beberapa paramedik. Bila pasien tak bisa ditangani, dokter umum menghubungi dokter spesialis atau kepala unit. Di situ diputuskan apakah pasien akan dirawat atau tidak, juga siapa dokter yang akan menanganinya ketika pasien dirawat.

Namun, Menurut Dokter Savitri Wirahadikusumah, Manajer Operasional Medic-one, perusahaan emergensi pertama di Indonesia, bahwa pasien gawat darurat membutuhkan pertolongan cepat oleh tenaga medis yang tepat pula. Sebab dokter harus menangani sejak pasien berada di rumah, di dalam ambulans, hingga ke rumah sakit. Dokter juga menerapkan langkah-langkah yang harus dilakukan jika ada pasien yang mendadak terserang penyakit di rumah, sampai ambulans tiba di Rumah Sakit. Penanganan pra hospital ini membutuhkan team gawat darurat yang benar-benar trampil dan tahu akan medan tugasnya.

Permasalahan di indonesia, dokter yang khusus menangani pasien emergensi sangat terbatas. "Di Indonesia baru ada puluhan dokter spesialis emergensi, apalagi perawatnya" . Sedangkan fakultas kedokteran yang memiliki program spesialis emergensi baru Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur.

Sehingga….
Penanganan pasien UGD di Indonesia memang dinilai masih sangat lemah, baik dari sisi infrastruktur maupun sumber daya manusia (SDM)-nya. Berbagai perangkat kebutuhan UGD masih jauh dari standar internasional. Ambulans, misalnya, selama ini hanya menjadi alat angkut pasien ke rumah sakit.
Padahal, seharusnya ambulans masuk bagian dari pra-rumah sakit. Di mobil, pasien harus ditangani secara optimal.

Permasalahan yang terjadi di masa sekarang, dan hal tersebut merupakan peluang yang akan dimanfaatkan Stikes Advaita Medika adalah bahwa Emergency Nurs masih minim, seperti dalam statemen bahwa "SDM dokter yang khusus pada bidang emergensi masih sangat minim, apalagi perawat dan paramedisnya" kata Profesor Respati Suryanto Dradjat, Ketua Program Pendidikan Spesialis Emergensi, Fakultas Kedokteran Unibraw.

Kondisi ini berbeda dari penanganan pasien gawat darurat di luar negeri, seperti di Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Di luar negeri, UGD ditangani dokter spesialis dengan kemampuan multidisiplin untuk bekerja di ruang emergensi dengan standar tinggi. Juga ditunjang dengan peralatan UGD yang lengkap serta team paramedic yang kompeten pula di bidang Gadar.

Selain dari hal itu, Berpijak dari pengalaman saat saya masih dalam team SAR di peristiwa gempa Jateng-DIY 2006 lalu, bahwa kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang terjangkau seluruh masyarakat.
Kegagalan dalam penanganan kasus kedaruratan obstetri umumnya disebabkan oleh kegagalan mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan risiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko tinggi, secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi. Penyebab utama tingginya angka kematian ibu ialah adanya 3 terlambat (3T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat mencapai tempat tujuan dan
terlambat memperoleh penanganan yang tepat setelah tiba ditempat tujuan.

Ditinjau dari hal tersebut, Nampak bahwa basicly untuk soft skill paramedic adalah pelayanan kegawatdaruratan medis.

Pelayanan gawat darurat bertujuan menyelamatkan kehidupan penderita, sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan.

Pelayanan gawat darurat terdiri dari falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu.

Hadirin sidang senat terbuka Stikes Advaita Medika,

Akselerasi pemikiran dan memulaimya sesuatu tindakan yang senantiasa riil dan berdayaguna merupakan target stikes advaita medika didalam menempa para mahasiswanya karena hal-hal tersebut bukanlah dilakukan dengan tanpa alasan, karena secara riil Stikes Advaita Medika telah memulainya dengan berbagai marathon event yang terprogram, inovatif, berkesinambungan dan tetap berbasis pada penelitian-penelitian yang dibuat para dosen serta keaktifan para dosen menulis sebuah buku yang bermutu.

Secara kontekstual dengan visi misi Stikes Advaita Medika Tabanan, maka core value yang telah merasuk dalam jiwa dan pemikiran para dosen Stikes Advaita Medika, maka dalam kesempatan forum sidang senat terbuka ini, saya presentasikan sebuah karya, sebuah hasil penelitian secara marathon tahun 2005-2007 dalam public health service yang telah mendapatkan 3 piagam penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia dan berlanjut dengan penulisan 2 buku di tahun 2009 dan 2010, yaitu HIPNOMEDIK (2009) dan HYPNOHEALING (2010).

Adapun tema induk dari riset yang dilakukan adalah sebuah hal yang mendasar dalam sebuah tindakan medis dan senantiasa ditemui dalam pelayanan medis berbagai tingkatan.

Tema induk tersebut adalah HUMAN MIND CONTROL (PENGENDALIAN ALAM PIKIR MANUSIA)
Dengan sub tema adalah HUMAN MIND CONTROL FOR PAIN AND SURGERY
(PENGENDALIAN ALAM PIKIR MANUSIA TERHADAP NYERI DAN PEMBEDAHAN)

Komponen organ manusia yang berperan dalam pengendalian alam pikiran adalah otak beserta perangkat susunan saraf pusat yang mampu teraplikasikan dengan adanya kontak pikiran terhadap gerak tubuh Otak manusia merupakan sebuah wadah yang merekam semua proses stimulhidup manusiasi tubuh manusia. Program yang masuk kedalam alam pikiran manusia merupakan hasil install selama dalam kurun waktu 3 tahun dari keseluruhan hidup manusia.

Hal tersebut di break down lagi menjadi sebuah inspirasi dalam kegiatan di lapangan disaat terjadinya gempa yogya dan klaten di tahun 2006, dapat menjadi jembatan keledai untuk mengatasi minimnya obat-obatan disaat itu akibat terisolasinya area bencana oleh sebab putusnya sarana transportasi.
Maka lahirlah gagasan untuk mencoba suatu metode tindakan medis dalam menjahit luka dan merawat luka tanpa menggunakan obat anestesi, sehingga entry pointnya adalah sebuah metode pain release tanpa obat anestesi, hanya mempergunakan kekuatan MIND EMPOWERING pasien yang dibangkitkan dan dipandu oleh operatornya. Sebagai tolok ukur minor operasi, dipakai tindakan khitan/sunat (sirkumsisi) yang mampu mewakili definisi minor operasi, yaitu sunatan.
Hadirin yang saya muliakan,
Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Sirkumsisi bertujuan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya.
Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah (Journal of Men’s Studies, Amerika Serikat). Secara medis dikatakan bahwa sunat sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak penelitian kemudian membuktikan (evidence based medicine) bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS dan juga mencegah penularan human papilloma virus. Selain itu sirkumsisi juga dapat mencegah penyakit seperti phimosis, paraphimosis, candidiasis, tumor ganas dan praganas pada daerah kelamin pria. Phimosis adalah gangguan atau kelainan pada kulup, sehingga tidak dapat ditarik ke arah belakang untuk mengeluarkan batang penis. Kemudian candidiasis merupakan sejenis penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur jenis Candida. Pria yang di sunat lebih higienis, pada masa tua lebih mudah merawat bagian tersebut dan secara seksualitas lebih menguntungkan (lebih bersih, tidak mudah lecet/ iritasi, terhindar dari ejakulasi dini).
Sunatan tersebut dilakukan dengan kombinasi metode tanpa anestesi pada 121 anak korban gempa dari gantiwarno klaten dan dilakukan secara single operator (sendiri), sehingga tercatatkan dalam Rekor Dunia Indonesia dan Guiness Book of Record sebagai OPERATOR KHITAN TERLAMA SELAMA 36 JAM NON STOP dalam sebuah kegiatan public Health Service Khitanan massal 121 anak korban gempa yang diselenggarakan di Kab.Wonosobo dalam rangka Hari Jadi Kab.Wonosobo. Dalam kegiatan tersebut muncul inspirasi membuat sebuah alat (medical equipment) berupa klem arteri lengkung yang mampu dipergunakan mengkhitan dengan cepat secara manual dan memperkecil sebuah resiko terhadap terpotongnya gland penis serta memperkecil terjadinya perdarahan.

Sebagai hasil uji coba peralatan dan Metode Mind Empowering sebagai sebuah case study, terdapat sebuah fenomena unik bahwa dalam pengerjaan 10 jam pertama disaat operator masih fresh dan skill masih optimal, namun dikerjakan tanpa intervensi MIND EMPOWERING dan tanpa mempergunakan alat bantu klem yang diciptakan, justru kondisi anak-anak yang dikhitan dengan mempergunakan obat-obatan anestesi secara optimal, Nampak lebih rewel kesakitan serta terjadi perdarahan lebih banyak, serta pengerjaan lebih lama dibandingkan dengan 10 jam kedua, dimana operator sudah mengalami kelelahan fisik namun dikerjakan dengan menggunakan intervensi MIND EMPOWERING dan alat bantu alat klem yang diciptakan.

Hadirin siding senat terbuka yang saya muliakan,

Kegiatan tersebut bukan akhir dari aliran inspirasi, sebagai Darma bakti bagi kaum dhuafa dan sebuah Mahakarya bagimu Negeriku Indonesia. Disaster mengilhami dan menginspirasi untuk membuat sebuah unit mobil yang mampu sebagai tempat pelayanan kesehatan baik pengobatan, pemeriksaan lab maupun sebuah tindakan minor operasi yang dilakukan sekaligus selama pasien dibawa ke rumah sakit rujukan, sehingga golden period penanganan awal mampu dicapai, dan pasien tertolong. Lahirlah sebuah mahakarya MOBIL HOSPITAL ON THE ROAD yang diuji coba dalam sebuah event SUNATAN MASSAL DALAM BIS BERJALAN dan tercatat serta mendapatkan 2 buah piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia sebagai OPERATOR KHITANAN DALAM BIS BERJALAN dan PENGOBATAN PELAYANAN KESEHATAN KELILING LINTAS KABUPATEN DAN KOTAMADYA.

Dalam kegiatan tersebut, pengembangan temuan alat senantiasa disempurnakan, termasuk dalam pengadaan serta design konsep sebuah mobil yang mampu dipakai sebagai alat transportasi lintas medan sekaligus sebagai rumah sakit berjalan.

Sebagai sebuah mahakarya, mobil tersebut sampai sekarang masih ada dan dipakai di BKKBN Propinsi Jateng dan Jatim sebagai Mobil Unit Pelayanan MOP dan MOW serta safari Keluarga Berencana.
Dalam kegiatan uji coba hospital on the road, dilakukan sebuah penelitian terhadap hal-hal yang terkait dengan PAIN RELEASE dengan optimalisasi MIND EMPOWERING, yaitu sebagai berikut : PERBEDAAN PENGARUH LINGKUP TEMPAT OPERASI MINOR TERHADAP INTENSITAS NYERI POST MINOR OPERATIF PADA PESERTA KHITANAN MASSAL

ABSTRACT
Post operation patients suffer different pain one another, and that pain is common reason for patiens to seek health care service, include condition of the minor surgery. Despite the fact that a patient is frequently feeling such a pain, its not easy to be thorounghly understood. It seems that non farmacology technique in handling it. This technique is necessary to many patients with surgery, because this technique can make pain release. In facts its customary a suffering patients is conducted to take analgetic instead of non farmacology technique as modification condition of minor surgery. This research is conducted to study the modification condition of minor surgery to the pain intensity for many patients post minor surgery. The data was collected used purposive sampling method, and were employed 30 respondens. This research was taked place in Social Touring in Central Java 2007/2008. The Result show that there significant relation between standard condition minor surgery with pain intensity post minor surgery, used confident level 95% (alpha 0,05), Xcount 10,942, that higher than X table 9,4888 and significancy is 0,027. It can be concluded that there is a significant relation between Defferential Condition of minor surgery to the Pain Intensity for the patients post minor surgery.

Pengembangan dan trial senantiasa dilakukan, berbagai metode serta dasar ilmiah serta dasar fisiologisnya dari kegiatan-kegiatan tersebut tercatat dalam sebuah buku berjudul HYPNOMEDIS yang telah terbit pada tahun 2009, disusul dan disempurnakan dalam sebuah buku HYPNOHEALING yang terbit pada tahun 2010, dan dalam konteks DIES NATALIS STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN, maka penelitian serta pengembangan metode sampai dengan prototype medical equipment dan design mobil yang dipergunakan telah diuji coba, direvisi kekurangan dan kelemahannya, dan sampailah pada saat untuk dipatenkan dengan pembuktian akhir.

Hadirin sekalian, dan saudara-saudara anggota sidang senat terbuka Stikes Advaita Medika yang berbahagia…………….

Setinggi-tingginya terbang bangau akhirnya ke pelimbahan jua, sejauh air mengalir akhirnya bermuara jua………….Sampailah di sebuah pelimbahan, sebuah muara yang sangat bersahaja namun sarat dengan value dalam episode of human life…secara signifikan senantiasa konsisten menjabarkan core beliefe visi and misi nya, sebuah civitas academica berlokasi cukup pelosok di belahan bumi nusantara kita tercinta…. Padang hijau sebuah sosok kharismatik…STIKES ADVAITA MEDIKA Tabanan Bali, dinilai cakap dan secara signifikan mampu berjalan sinergi menerima tongkat estafet sebuah darma, darma mencerdaskan kehidupan bangsa dengan energy spiritual berbudaya bervisi internasional…

Hadirin segenap sidang terbuka dies natalis yang saya cintai…………………….
Di penghujung orasi saya,…perkenankan saya, memohon ijin, mengajak, bahu membahu selaras sinergi, junjung tinggi kampus hijau kita….

Di akhir tahun 2010, perkenankan saya patenkan temuan ilmiah tersebut bersama-sama segenap civitas academica STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN, yang LAYAK dan memiliki signifikasi serve and care berbasic kompetensi di bidang medis, ………dalam event akbar PEMECAHAN REKOR DUNIA INDONESIA SEKALIGUS PATENKAN PENEMUAN ILMIAH dengan publikasi ilmiah seluruh marathon penelitian saya, yang telah diberi mandat oleh pimpinan kampus hijau kita…. Dengan hak paten atas nama STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN BALI.

Marilah dengan gempita demi kesinambungan semangat, teriakkan yel-yel…!
STIKES ADVAITA…………JAYA !!!!
STIKES ADVAITA…………JAYA !!!!
STIKES ADVAITA………..JAYA !!!!

Dengan segenap puji syukur ke hadirat Illahi Robbi Tuhan sekalian alam, shalawat serta salam saya hunjukkan kepada junjungan Muhammad SAW, saya akhiri orasi ilmiah ini dengan segenap semangat memberikan darma bakti kepada STIKES Advaita Medika, dengan segenap sinergi bahu membahu di seluruh civitas akademika.
Mohon maaf atas segala kekurangan, terima kasih
Om Santi-santi-santi Om

STIKES ADVAITA MEDIKA: WORKSHOP NASIONAL "OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2...

STIKES ADVAITA MEDIKA: WORKSHOP NASIONAL "OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2...

Minggu, 29 Agustus 2010

CRITICAL REVIEW ON HEALTH SECTOR

Theme: Management and Strategic Planning
Overview of Organization and Structure of the Health System
• Historic background and development
• Organizational Overview
- Public Sector (MoPHP, other Ministries providing health services)
- Non-Profit Sector/Non-Governmental Organizations
- Private Sector
• Consumer and Patient Roles

Sectoral Priorities
• Health Sector Objectives and Priorities
• Health and Poverty
• Equity and Health Care
• Gender and Health

Stewardship Functions
• Good Governance
• Strengthen leadership
• Voice of MoPHP in wider Government
• Health Sector Reform and Civil Service Modernisation

Institutional Set-up
• Redefining the role of the government
• Functions of the health system (regulation, financing, purchasing, provision)
• Policy roles of government, local government, professional associations
• Roles of public vs. private sector
• Organigram of the MoPHP
• MoPHP decentralization – performance and roles of the GHOs and the DHS

Planning
• Strategic Planning (5-.year plan)
- Capital investments / health facility plans
- Capacity and training
• Operational Planning
- Capacity of MoPHP departments and programmes

Monitoring and Evaluation
• Health Management Information Systems
- Appropriate indicators
- Appropriate systems
- Appropriate technology
- Use of data for decision making
• Monitoring systems
- Indicators / dashboard systems
- Reporting and supervision systems
- Enforcement
• Quality Assurance
- Licensing and Accreditation
- Evidence-Based Medicine

Partnership
• Donor harmonization
• Standardization of procurement procedures

Theme: Human Resource Development
Definition of roles in HR policy making, HR planning and training
• MoPHP
• GHOs, DHOs
• Vertical programmes
• Other Ministries (MoSC, MoL)
• Universities
• HIHS
• Private training institutions

Planning of health care personnel
• Assessment of present health workforce
- Public sector
- Private sector
• Standardization of job descriptions
• HR needs assessment/projection (e.g. based on ESP)
- Public sector
- Private sector
• Broken down by
- Physicians, by Specialty
- Nurses
- Ancillary personnel

Training of health care personnel
• Standardization of programmes
• Training needs assessment
• Broken down by
- Physicians, by Specialty
- Nurses
- Ancillary Personnel

Continuous Medical Education programs
• Standardization of programmes
• Roles of MoPHP, GHOs, health facilities, vertical programmes, training institutions, etc

Registration, licensing, accreditation
• Recruitment procedures
• Accreditation of medical doctors

Redeployment of staff
Promotion of staff
Accountability system
• Incentives
• Disciplinary measures

Capacity building programmes for HRD institutions
Human Resource Information System

Theme: Health Financing
Overview of health financing system
• Roles and responsibilities of stakeholders (MoF, MoPHP, private sector, etc)

Overview of Health Expenditures
• Public Expenditure Review
• National Health Accounts
- per capita health expenditure
- by type of expenditure (ambulatory/hospital/drugs)
- differences by region / sex / income groups
• Cost studies for specific services / providers

Sources of Revenues
• Budgets (actual vs. planned)
• Compulsory premiums or dedicated taxes
• Voluntary health insurance
• Out-of-Pocket Payments
• Other Sources of Financing

Pooling of Funds
• Pooling Agencies
• Mechanisms for Allocation and Re-distribution

Purchasing
• Benefits Package(s)
• Contracting
• Provider Payment Methods

Policy issues of special interest
• Cost-sharing and equity
• Drug revolving funds
• Health insurance
• Performance based payment of providers

Long-term health financing projections
• Public, insurance and household budgets
• Additional sources of funding

Financial management and accountability

Theme: Service Delivery
Overview of structure of the health care delivery system
• Present roles and responsibilities of providers
- Public, private for-profit, private non-profit
- Relationships between each other, and towards Government
• Distribution of providers (geographical and by services they provide)
• Public / private partnerships

Regulation of health care providers
• Overview of main legislation and policies governing health care delivery
- 5-year plan, ESP, sub-sector and programme specific policies
- Private sector legislation
• Enforcement capacity of Government for this legislation / policies within public and private sector
• Trends in development of the health care delivery structure (e.g. redefinition of role of public sector away from service delivery)

Public health programmes
• National public health priorities
• Population health
- Responsibilities
- Available strategies and programmes
- Intersectoral linkages
- Performance of programme implementation
- Future directions
• Primary Health Care
- Responsibilities
- Available strategies and programmes
- Intersectoral linkages
- Performance of programme implementation
- Future directions
• Health Promotion (health education) and Disease Prevention
- Responsibilities
- Available strategies and programmes
- Intersectoral linkages
- Performance of programme implementation
- Future directions
• Water and Food Safety
• Disaster preparedness programmes
• Trends in burden of diseases / health care needs (e.g. increase of non-communicable diseases) and appropriate system response

Curative services
• Coverage, utilization and quality of the following services:
- Patient outreach services (mobile clinics, home deliveries, etc.)
- Informal Care (TBAs, etc.)
- Primary Care
- Secondary Care
- Tertiary Care
- Emergency Care
- Rehabilitation
- Mental Health
- Dental Health
- Special areas of interest like (blood safety, HIV/AIDS services, road accidents, etc)
• Referral systems
• Integration of services at district / provider level

Physical Resources (public and private)
• Infrastructure
• Medical equipment, devices, aids
• Capital investment trends and projections

Pharmaceuticals
• Essential drug policies
• Drug licensing and quality control
• Future of revolving funds
• Cost-sharing for drugs
• Private sector involvement

Standards and Guidelines
Management
• Hospital management and hospital autonomy
• Community participation in management of public health services

Surveillance, information and monitoring systems (programme specific)
• Disease surveillance systems
• Health Information system
- Appropriate indicators
- Appropriate technology
- Reporting systems
- Use of data for decision making
• Service monitoring and supervision systems
• Integration with sector wide information systems

Theme: Assessment of Health Situation
Geography and socio-demographics
• Demographic Trends
• Human Development indicators

Macro-Economic and Political Context
Health Status
• Current epidemiologic profile (health indicators)
- Communicable diseases
- Non-communicable diseases
- Child health
- Reproductive health
- Nutrition
- Injuries
- Disabilities
- Mental health
- Substance abuse (Qat)
• Trend Analysis
• Burden of Disease

Achievement of MDGs
General Health System Statistics
• Facilities
• Human resources
• Services
• Coverage

Health Systems Performance
• Strengths of the System
• Weaknesses of the System
• Overall Quality and Clinical Effectiveness
• Overall Efficiency
- Technical
- Allocative
• Access and Equity
- Benefit-incidence
- Equity and benefit-incidence
• Accountability
• Linking Inputs and Outcomes

International Comparisons
• Demographic indicators
• Health status indicators
• Delivery system and capacity
• Health expenditures

Health Development Partners’ Database
• Mapping of activities by subject and geography

STIKES ADVAITA MEDIKA: WORKSHOP NASIONAL "OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2...

WORKSHOP NASIONAL " EFEKTIFITAS OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2...

WORKSHOP NASIONAL "OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2010

PROFIL KAMPUS HIJAU