STIKES ADVAITA MEDIKA

Hari ini aku belajar... Belajar dari kehidupan yang mengiringiku... Belajar dari kenyataan yang menghampiriku... Belajar dari kealpaan yang membelengguku... Belajar dari kebahagiaan yang menyelimutiku... Hari ini aku terus belajar... Karena aku ada di hari ini... Karena aku hanya punya hari ini... Karena aku hidup tak hanya untuk hari ini... Karena aku akan berlalu setelah hari ini... Hari ini aku terus, terus dan terus belajar...


Senin, 30 Agustus 2010

STIKES ADVAITA MEDIKA: WORKSHOP NASIONAL "OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2...

STIKES ADVAITA MEDIKA: WORKSHOP NASIONAL "OPERASI TRANSVAGINAL" 20 SEPT 2...
Diposting oleh STIKES ADVAITA MEDIKA di 22.13
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

TIPS MENGAJAR ATRAKTIF

Formula untuk Presentasi Instant yg Menarik

Dalam situasi yang menantang semacam itu, formula berikut bisa anda pakai untuk mempersiapkan suatu seminar, presentasi atau ceramah pendek. Formula ini sangat mudah diingat, namun demikian tatap memiliki efek yang kuat.

Presentasi Menarik menggunakan Formula ABCD mengandung makna sebagai berikut :

• A : Aha!

• B : Bahas alasan

• C : Contoh-contoh yang impresif

• D : Dengan Demikian ….

Penjelasan Formula ABCD

A : Aha!

Awali seminar dengan cara memunculkan pikiran Aha! Yakni kondisi yang mencerahkan, mengagetkan, memelongokan, mengocok perut, dan seterusnya. Kalau teman saya di televisi sering menyebut sebagai “Stop Effect”, teman di dunia entertain sering menyebut sebagai “Wow effect”.

Rancang pembukaan Anda dengan memunculkan efek tersebut secara dramatis. Lontarkan suatu pertanyaan yang positif-provokatif, cerita yang mengguncang, pernyataan yang membangkitkan minat, atau kisah yang lucu inspiratif. Hati-hati, jangan sampai terjatuh pada “Ah basiiiiii….” Pastikan cukup genuine ataupun cukup original.

Di tahap awal ini dalam istilah NLP adalah break pattern, yaitu memutus suatu pola yang biasa terjadi dalam neurologis pemirsa. Umumnya pemirsa datang ke suatu seminar/presentasi sudah terbiasa pada jenis pembukaan yang standar, adanya perkenalan, basa-basi dan sebagainya. Dengan memberikan pembukaan yang berbeda, anda akan memutus pola neurologis mereka, dan dengan demikian membuat RAS (reticular activator system) mereka terbuka. RAS adalah pintu masuk / jalur antara alam sadar dan alam bawah sadar.

Pada saat RAS terbuka, mereka sebenarnya siap dimasuki ide oleh Anda. Ini adalah dasar dari ilmu gendam atau shock hypnosis. Putuskan suatu pola, pada saat yang tepat masuki denghan suatu perintah/ide.

B : Bahas Alasan

Begitu RAS bisa Anda buka, cepat-cepat Anda beralih ke tahap dua ini sebelum RAS tertutup lagi loop-nya. Loop tertutup apabila pemirsa merasa sudah mendapat jawaban sendiri atau kehilangan daya tarik karena terlalu lama tidak dimanfaatkan oleh pembicara dengan baik.

Pada tahap ini jelaskan secara mantap apa pentingnya mendengarkan presentasi ini bagi audiens. Di sini Anda menjual manfaat pada pendengar agar mereka bepikir “Apa untungnya bagi saya mendengarkan Anda?”

Anda pasti masih mengingat metaprogram Arah Motivasi , disebutkan ada dua arah motivasi manusia (moving toward dan moving away). Ada manusia beraksi atas dasar ingin mengejar sesuatu (moving toward) dan ada yang beraksi dalam menghindari sesuatu (moving away).

Nah, bahas alasan dari dua sudut pandang ini. Apa manfaatnya presentasi Anda untuk pendengar, dan apa ruginya bagi yang tidak mendengarkan informasi ini. Bahas secara elegan dan inklusif (memasukkan audiens dalam pembicaraan Anda).

C : Contoh kasus / ide

Di sinilah bagian utama pembicaraan Anda, ide pokok yang ingin Anda sampaikan pada pemirsa. Paparkan 3 contoh/ide untuk menggambarkan poin B di atas. Gunakan data-data sebagai ilustrasi, jika tidak punya data gunakan kisah yang memiliki kekuatan metaforik.

Jumlah contoh jangan terlalu banyak, paling ideal adalah 3, jika waktu Anda panjang bahas tiga contoh itu masing-masing menggunakan 3 sub contoh lagi. Ini adalah teknik yang biasa dipakai oleh TOYF, yakni memilah ide menjadi 3 bagian presentasi secara sistematik. Sebutlah istilahnya adalah MECE : Mutual Exclusive, Comprehensive Exhausted. Artinya “setiap ide harus terpisah satu sama lain, dan keseluruhan ide harus secara lengkap membentuk konsep”.

Anda dapat memilah ide secara waktu : Sebelum, ketika, sesudah. Misal sebelum menggunakan mesin X, saat menggunakan mesin X dan rencana setelahnya. Demikian pula bisa memilah ide dengan menggunakan cara lain semisal : Ide Pro, Ide Kontra, Jalan Keluar yang paling baik.

Ide sistemik akan membuat pendengar lebih mudah mengorganisasikan dalam pikiran mereka. Membentuk jalur neurologis secara lebih mudah dan cepat, dan memiliki pola tertentu.

D : Dengan Demikian

Setelah selesai Anda menguraikan dengan sistemik, lakukan penutupan dengan diakhiri suatu saran untuk bertindak. Dimulai dengan kata “Dengan demikian, pada saat Anda nanti mengalami…..”

Ini yang namanya “future pacing”, yakni bawa pendengar ke suatu situasi/kondisi tentatif di masa datang. Future pacing adalah kegiatan semacam ‘mental rehearsal’ yang dilakukan tanpa disadari oleh pemirsa. Tunjukkan pada suatu situasi dimana pemirsa akan memerlukan apa yang Anda baru saa jelaskan.

Gunakan kata-kata yang motivatif untuk mempraktekkan apa yang Anda sarankan pada bagian sebelumnya. Kapan mereka harus melakukan, berikan beberapa contoh situasi secara gamblang (vivid). Contoh yang gamblang akan membuat jalur neurologisnya menjadi semakin kuat.



KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh terapis memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara terapis dan klien, dalam hubungan ini terapis dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara terapis dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara terapis dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara terapis dan klien, terapis membantu dan klien menerima bantuan.

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien. Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :.

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.


b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara terapis dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.

c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.


d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terapis dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

3. Karakteristik Seorang terapis dalam hubungan Terapeutik

Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks psikoterapi hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara terapis dan klien. Ketika hubungan antara terapis dan klien terjadi, terapis sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien. Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (terapis) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu:

a. Kejujuran

Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).).

b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif

Dalam berkomunikasi dengan klien, terapis sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.

c. Bersikap positif

Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu diantara terapis dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).

d. Empati bukan simpati


Sikap empati sangat diperlukan dalam proses terapeutik, karena dengan sikap ini terapis akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati terapis dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena terapis tidak hanya merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya mencari

penyelesaian masalah secara objektif.

e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien

Dalam memberikan proses terpeutik, terapis harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya terapis harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini terapis harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar (terapis) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.

f. Menerima klien apa adanya

Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh terapis terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka terapis tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

g. Sensitif terhadap perasaan klien

Seorang terapis harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri terapis sendiri
Terapis harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.

4. Tahapan dalam komunikasi terapeutik

a. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara terapis dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.


b. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan terapeutik dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

c. Penyelesaian (Termination)

Pada fase ini terapis mendorong klien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).


Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21) adalah perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan, peran dan hubungan, lingkungan, jarak, citra diri, kondisi fisik



Arsip Blog

  • September (5)
  • Agustus (8)

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
STIKES ADVAITA MEDIKA
Lihat profil lengkapku


SERI HIPNOMEDIS

Persepsi-persepsi salah yang sering beredar di masyarakat tentang hipnosis.

1.Hipnosis menggunakan ilmu hitam / black magic / sihir / jin / dll

Ini adalah persepsi yang paling sering muncul, dan paling sering ditanyakan, seperti oleh teman saya si A yang saya ceritakan di atas. Di atas saya telah menjelaskan bahwa hipnosis adalah suatu proses yang dapat diukur secara saintifik, jadi tidak ada hubungan dengan black magic / sihir / jin / dll

Untuk sedikit membuka pandangan anda di persepsi salah ini, saya akan memberikan suatu link yang menunjukkan bahwa saat ini, hipnotis diakui sebagai salah satu alat bantu terapi yang sah oleh American Psychological Association:

Society of Psychological Hypnosis

Pertanyaannya, apakah asosiasi sekelas American Psychological Association akan mengijinkan ilmu hitam, sihir, dll untuk dipakai sebagai alat bantu terapi yang sah? Jawab sendiri yah…

2. Orang yang menghipnosis anda bisa memerintahkan apapun juga, dan anda akan menurutinya

Ini kesalahan persepsi lain yang paling sering muncul, biasanya berkaitan dengan kesalahan persepsi di nomor 1. Jadi, seolah-olah orang yang dihipnosis pikirannya dikuasai, orang yang dihipnosis tidak berdaya menolak perintah, dll. Hal ini tidak benar. Coba anda pikir, jika persepsi ini benar, bukannya orang-orang yang bisa hipnosis mungkin sudah berada di pulau pribadinya masing-masing, sambil menikmati hidup? :D

Untuk bisa masuk dan diterima oleh pikiran bawah sadar, suatu ide haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di bawah sadar. Contohnya, seseorang yang dalam kondisi hipnosis tidak akan menerima sugesti kalau dia disugestikan untuk membunuh ibunya sendiri karena itu bertentangan dengan nilai-nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Tapi kemudian mungkin anda berpikir, “loh tapi di televisi, saya lihat orang-orang disuruh macam-macam dan mempermalukan diri di depan umum, mereka ga bisa menolak”. Saya punya jawaban untuk argumen seperti ini.

Silahkan buka:

membongkar rahasi reality show di TV

Pada bagian HIPNOTIS. Memang tidak ada yang bisa membuktikan bahwa apa yang tertulis di forum itu benar, tetapi setidaknya jika ada yang mau beneran bertanya ke kru SCTV, saya yakin jawabannya sama. Walaupun hipnosis yang dilakukan adalah hipnosis yang sebenarnya, subyek yang dipilih adalah subyek yang ekstrovert. Bukankah di luaran sana banyak orang yang rela ‘mempermalukan diri’ demi untuk terkenal sesaat?

3.Tidak semua orang bisa dihipnosis, atau mungkin anda berpikir “pikiran saya terlalu kuat, tidak akan ada orang yang bisa menghiposis saya”

Benar bahwa orang-orang yang punya pemikiran seperti itu, tidak bisa dihipnosis, tetapi bukan karena pikirannya yang kuat, tetapi memang karena dia tidak mau. Ingat cerita di atas bahwa untuk bisa menerima sugesti, subyek harus siap/mau.

Kenyataannya, semua orang bisa dihipnosis jika memenuhi tiga syarat berikut: mau dibimbing masuk ke kondisi hipnosis, tidak ada rasa takut, dan sugesti yang diberikan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang tertanam di pikiran bawah sadarnya. Jika dua syarat pertama terpenuhi, seseorang akan dipastikan dengan mudah masuk ke kondisi hipnosis.

Jika seseorang telah bersedia dibimbing masuk ke kondisi hipnosis, satu-satunya yang menghalangi orang tersebut untuk masuk ke kondisi hipnosis adalah rasa takut. Rasa takut ini bisa berupa takut apapun, mulai dari rasa takut yang klasik seperti takut rahasianya terbongkar seperti yang dia tonton di televisi, atau mungkin takut berdosa karena berpikiran hipnosis adalah menggunakan black magic, atau mungkin takut dibuat pindah agama, sampai bentuk takut yang takut yang paradoks, takut tidak bisa masuk kondisi hipnosis.

4.Hipnosis sama dengan tidur atau menurunnya tingkat kesadaran

James Braid, yang dikenal sebagai “Bapak Hypnosis Modern” adalah orang pertama yang menjelaskan fenomena hypnosis dalam kerangka ilmu pengetahuan, dan mengembangkan berbagai cara yang terstruktur untuk membawa orang ke dalam kondisi hipnosis secara sengaja. Dilihat dari kondisi tubuh orang yang dalam kondisi hipnosis, Braid memperkenalkan kondisi ini dengan nama “neuro-hypnotism”, yang kemudian disingkat menjadi hypnotism, dan kemudian menjadi hypnosis. Hypnos sendiri adalah nama dewa tidur dalam mitologi Yunani, sehingga neuro-hipnotism dapat diartikan secara kasar sebagai “tidurnya sistem saraf”.

Setelah pengalamannya bertambah, Braid menyadari bahwa kondisi hipnosis tidak selalu diikuti dengan kondisi seperti mengantuk atau tidur, kemudian dia memperkenalkan istilah baru untuk kondisi ini, yaitu “monoideism” yang berarti kondisi di mana orang hanya terfokus pada satu ide. Namun istilah ini tidak dapat menggantikan istilah hypnosis yang telah terlanjur terkenal dan dipakai selama beberapa tahun.

Kondisi hipnosis tidak mengharuskan anda untuk tutup mata seperti orang tidur. Walaupun dalam kondisi tutup mata, dalam kondisi hipnosis, anda bisa mendengar semua yang terjadi disekitar anda, tetapi anda bisa memilih untuk fokus pada suara sang hipnotis. Tentu anda pernah mendengar cerita ada orang yang saking asyiknya nonton bola, tidak sadar akan bunyi telepon? Atau mungkin anda sendiri adalah orang seperti itu? Dalam kejadian tersebut, anda telah masuk kedalam kondisi hipnosis (ya, dalam keadaan buka mata!), dan ketika telepon berbunyi, sebenarnya anda mendengar, tetapi tidak menghiraukannya. Jika hal tersebut terjadi, coba rilekskan pikiran anda, dan ingat-ingat kembali, pasti anda akan ingat saat ketika anda mendengar bunyi telepon.

Kondisi ini adalah seperti anda mengendarai mobil pada hari hujan, anda menyalakan wiper, anda tahu ada wiper yang lalu lalang dihadapan anda, tetapi anda tetap memfokuskan pandangan anda ke jalan. Jadi sebenarnya kondisi hipnosis bukan kondisi di mana tingkat kesadaran menurun tapi malah kondisi di mana tingkat kesadaran naik, karena kita menjadi semakin fokus pada suatu hal.

Bayangkan jika kondisi ini dipakai untuk fokus jika sedang belajar, tentu menarik bukan? Apapun yang terjadi di sekitar anda, tidak akan mempengaruhi fokus belajar anda. Anda bisa memilih ingin fokus kepada hal yang mana.

5.Setelah keluar dari kondisi hipnosis, orang akan lupa dengan semua yang terjadi

Hal ini juga tidak benar. Anda akan lupa dengan apa yang terjadi jika (dan hanya jika) dalam kondisi hipnosis anda disugesti untuk melupakannya, kemudian anda saat itu menerima sugesti tersebut, serta sugesti tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di pikiran bawah sadar anda.

6.Hipnosis bertentangan dengan agama anda

Kesalahan persepsi ini sebenarnya berhubungan persepsi nomor 1, biasanya ditanamkan oleh pemuka agama yang tidak mengerti tentang hipnosis modern.

Bagi anda pemeluk agama Islam, coba baca artikel Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog di:

Hypnosis itu Haram!

Saya sendiri bukan pemeluk agama Islam, ada beberapa istilah yang tidak saya mengerti di sana, tetapi secara garis besar saya tahu itu bisa membuka pandangan anda. Mengenai makalah beliau “Hypnotherapy effect of ibadah”, anda bisa dapatkan dengan menulis komentar di sana, atau jika ingin langsung, saya menemukannya di:

Hypnotheraphy effect of ibadah

Bagi anda pemeluk agama Kristen Katolik, saya sendiri bukan penganut agama Katolik, tapi ada dua fakta sejarah yang bisa saya ceritakan kepada anda:

  1. Franz Anton Mesmer (1735-1815), seorang pakar hipnosis (waktu itu dikenal dengan nama animal magnetisme) yang telah memunculkan suatu istilah baru dalam bahasa inggris, yaitu mesmerize, adalah murid dari Maximillian Hell, seorang imam Jesuit juga
  2. Pada tahun 1956, Paus Pius XII menyetujui penggunaan hipnosis sebagai salah satu bentuk anestesi dalam proses melahirkan.

Semoga catatan ni dapat menambah wawasan anda-anda yang membacanya, dan tidak ada lagi berbagai keraguan tentang hipnosis sebagai suatu proses saintifik.


“Tidak ada orang yang tidak bisa dihipnosis. Semua orang bisa dihipnosis. Jika seseorang tidak bisa dihipnosis, maka ia tidak akan bisa belajar. Karena untuk belajar dan memasukkan informasi ke pikiran, semua orang siapapun itu tanpa terkecuali harus melalui proses hipnosis”


Cancel

STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN. Tema Perjalanan. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.